BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sibling Rivalry adalah permusuhan dan kecemburuan antara saudara kandung yang
menimbulkan ketegangan diantara adik dan kakak. Hal ini tak dapat disangkal
bahwa perselisihan antar adik dan kakak akan selalu ada. Biasanya ini terjadi
apabila masing-masing pihak berusaha untuk lebih unggul dari yang lain.
Kemungkinan sibling rivalry akan semakin besar apabila adik dan kakak
berjenis kelamin sama dan jarak usia keduanya cukup dekat (Puspitasari, 2003).
Hubungan antara adik dan kakak yang
masih kecil merupakan salah satu interaksi yang berpotensi menimbulkan konflik
dan bisa menyebabkan adanya sibling
rivalry. Sibling rivalry dapat berbeda intensitasnya
tergantung pada jarak usia anak, usia anak itu sendiri, jenis kelamin anak
serta urutan kelahiran. Saudara kandung dengan jarak usia yang pendek akan
bertengkar lebih hebat dibandingkan dengan yang jauh perbedaan umurnya. Begitu
juga saudara kandung dengan jenis kelamin yang sama, akan bersaing lebih hebat
dibandingkan dengan yang berbeda jenis kelaminnya (Muslihayaton,
2010).
Dalam masyarakat istilah Sibling rivalry masih merupakan istilah yang sangat asing bahkan
ada masyarakat yang belum pernah mendengar kata Sibling
rivalry namun
secara teori sebenarnya masyarakat telah melakukan Sibling
rivalry dengan istilah hubungan antara kakak dan adik (Muslihayaton, 2010).
Peranan
orangtua juga sangat penting dan menentukan akan terjadinya sibling rivalry
ini dalam keluarganya. Salah satunya adalah karena salah satu anak merasa
terancam dengan terbaginya perhatian pada anak yang lain, karena mereka masih
sangat bergantung pada cinta dan kasih sayang orangtuanya. Pembagian perhatian
yang tidak adil juga dapat menyebabkan sibling
rivalry, karena salah satu anak cemburu dan merasa tersisih oleh saudara
kandungnya. Sementara penyebab lainnya berasal dari diri anak itu sendiri,
yaitu saat salah seorang anak menyadari kekurangannya dari saudara kandungnya
(Melinda, 2011).
Sibling
rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah
hal yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5
tahun pun sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry itu. Istilah ahli
psikologi hubungan antar anak-anak seusia seperti itu bersifat ambivalent dengan
love hate relationship. (Bahiyaton, 2009).
Untuk
mengatasi sibling rivalry
dalam keluarga, ada beberapa tips yang dapat dipraktekkan oleh orangtua. Jika
ini dilakukan niscaya
anak-anak Anda akan memiliki rasa toleransi, berempati satu sama lain serta
dapat menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa mendatangkan masalah baru. (Melinda,
2011).
Mainan
juga kadang menjadi salah satu bahan pertengkaran, terutama pada anak-anak yang
berjenis kelamin sama. Salah satu solusinya dengan memberikan label pada
masing-masing mainan anak agar mereka tidak saling berebut. Selain itu, mereka
juga akan terdidik untuk menghargai barang milik orang lain serta melatih sikap
empati dengan merasakan bila barang miliknya direbut atau dipakai oleh orang
lain. Namun setelah mereka beranjak besar, orang
tua juga harus mengajarkan mereka untuk berbagi dengan
menggunakan barang yang sama secara bergantian untuk melatih toleransi dan
kebersamaan (Melinda, 2011).
Pengetahuan ibu tentang Sibling Rivalry merupakan
hal yang sangat penting dalam perkembangan kepribadian bayi. Secara teori Sibling
Rivalry merupakan
hal yang biasa terjadi dalam keluarga namun bila ibu tidak mempu mencegah maka persaingan
yang terjadi antar anak akan membekas dan terbawa sampai dewasa. Sangat
penting pengetahuan ibu tentang Sibling
Rivalry dan cara pencegahan dan
penangannnya, sehingga persaingan yang terjadi menjadi hal yang positif,
dan membantu kematangan kehidupan sosial anak dan mampu memecahkan masalah
dalam persaingan yang ketat, namun bila persaingan (Sibling Rivalry) berubah
menjadi negative maka akibat yang ditimbulkan menjadi saling merusak diantara
anak-anak dalam keluarga. Dari data awal yang penulis dapatkan berdasarkan hasil
wawancara yang penulis lakukan di Desa
Gampong Baro Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie ternyata istilah Sibling
Rivalry tidak diketahui oleh ibu, berdasarkan permasalahan diatas
maka penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut kedalam Karya Tulis
Ilmiah tentang ”Gambaran Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi
Pengetahuan Ibu Tentang Sibling Rivalry Di Desa Gampong Baro Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2013“
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan
di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengetahuan Ibu tentang Sibling Rivalry di Desa Gampong Baro Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie
Tahun 2013”
C.
Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengetahuan Ibu tentang Sibling Rivalry di Desa Gampong Baro Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie
Tahun 2013.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengetahui
Gambaran
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Pengetahuan Ibu tentang Sibling Rivalry berdasarkan pendidikan
ibu
b.
Mengetahui
Gambaran
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Pengetahuan Ibu tentang Sibling Rivalry berdasarkan usia ibu
c.
Mengetahui
Gambaran
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Pengetahuan Ibu tentang Sibling Rivalry berdasarkan sumber
informasi.
d.
Mengetahui
Gambaran
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Pengetahuan Ibu tentang Sibling Rivalry berdasarkan pendapatan
e.
Mengetahui
Gambaran
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Pengetahuan Ibu tentang Sibling Rivalry berdasarkan paritas
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
- Bagi peneliti
Sebagai penerapan mata
kuliah Metodologi Penelitian dan menambah pengalaman dalam penulisan KTI, serta
sebagai masukan pengetahuan
tentang sibling rivalry.
- Bagi Institusi
pendidikan
Sebagai bahan bacaan di
Perpustakaan tentang
sibling rivalry penyebab, pencegahan, dan persiapannya.
- Bagi Institusi Kesehatan
Sebagai masukan guna meningkatkan
dan memaksimalkan pelayanan antenatal dengan menggunakan asuhan kebidanan tentang sibling rivalry.
4.
Bagi
masyarakat
Dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu-ibu
mengenai pentingnya pelaksanaan sibling rivalry
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari luasnya masalah dan karena
keterbatasan waktu dan kemampuan penulis maka peenelitian ini hanya meneliti
tentang Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu tentang Sibling Rivalry di Desa Gampong Baro Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2013 berdasarkan
pendidikan, usia, sumber informasi, pendapatan dan paritas.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman dan pengertian dari
penulisan ini, maka penulis mencoba menguraikan gambaran secara sistematis
penulisan ini.
BAB I :
Pendahuluan
Pada bab ini berisikan latar belakang, perumusan
masalah, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan .
BAB II :
Tinjauan Perpustakaan.
Pada bab ini menghadapi teori–teori tentang konsep Sibling Rivalry, pengetahuan, Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan kerangka teoritis.
BAB III
: Kerangka Konsep
Pada bab ini menjabarkan konsep pemikiran,
definisi operasional, cara mengukur variabel.
BAB IV :
Metode penelitian
Pada bab ini menerangkan jenis penelitian, lokasi
penelitian, jadwal penilitian, populasi dan sampel, jenis data, pengumpulan
data, analisis data dan penyajian data.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep Sibling Rivalry
Sibling
Rivalry dalam keluarga sulit diatasi, banyak yang menyarankan untuk
memiliki anak dengan rentang waktu kelahiran sekitar 1-2 tahun dengan alasan
agar lelahnya sekaligus dan ke depannya tinggal santai menunggu hasilnya. Hal
tersebut memang menimbulkan pro dan kontra, karena di sisi lain membesarkan 1
orang saja dapat dibilang berat apalagi bila harus membesarkan 2 anak
sekaligus. Di samping itu, usia anak sampai dengan 5 tahun merupakan saat-saat
yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka. Jangan sampai karena
kerepotan Anda mengasuh 2 orang anak sekaligus menjadikan mereka "salah
asuhan" dan menghambat perkembangannya (Melinda, 2011).
Tahap perkembangan pada anak yang
lebih tua, dikategorikan pada umur 3-12 tahun. Pada anak seusia ini jauh lebih
sadar akan perubahan-perubahan tubuh ibunya dan mungkin menyadari akan
kelahiran bayi. Anak akan memberikan perhatian terhadap perkembangan adiknya.
Terdapat pula, kelas-kelas yang mempersiapkan mereka sebagai kakak sehingga
dapat mengasuh adiknya. (Suherni, 2007)
1.
Pengertian Sibling Rivalry
Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara
kandung untuk mendapatkan cinta kasih, perhatian dari kedua orang tuanya (Suherni, 2007)
Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara
laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua Ibu yang mempunyai
dua anak atau lebih (Bahiyaton, 2009).
Sibling rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal
yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun
pun sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry itu. Istilah ahli psikologi
hubungan antar anak-anak seusia seperti itu bersifat ambivalent dengan love
hate relationship. (Bahiyaton, 2009).
Sibling Rivalry adalah permusuhan dan kecemburuan antara saudara kandung yang
menimbulkan ketegangan diantara mereka. Hal ini tak dapat disangkal bahwa
perselisihan antar mereka akan selalu ada. Biasanya ini terjadi apabila masing-masing
pihak berusaha untuk lebih unggul dari yang lain. Kemungkinan sibling
rivalry akan semakin besar apabila mereka berjenis kelamin sama, jarak usia keduanya cukup
dekat (Puspitasari, 2003).
2.
Bentuk sibling rivalry
Menurut
Hurlock dalam Setiawati dan Zulkaida (2007), sibling
rivalry ada 2 macam reaksi. Pertama bersifat
langsung yang dimunculkan dalam bentuk perilaku agresif mengarah ke fisik
seperti menggigit, memukul, mencakar, melukai, dan menendang atau usaha yang
dapat diterima secara sosial untuk mengalahkan saingannya. Kedua reaksi tidak
langsung yang dimunculkan bersifat lebih halus sehingga sulit untuk dikenali
seperti: mengompol, pura-pura sakit, menangis, dan menjadi nakal.
Menurut
Priatna dan Yulia dalam Setiawati dan Zulkaida (2007), reaksi sibling rivalry
dapat diekspresikan dengan berbagai macam antara lain dengan cara agresif
(memukul, melukai adik), dan regresi (suka ngompol dan menjadi manja/rewel)
dengan berekspresi memandangi adiknya dengan tajam, menggunakan bibir,
menangis, serta menjadi pendiam. Menurut Gibben dalam Setiawati dan Zulkaida
(2007), anak biasanya mengungkapkan dengan hal-hal yang tidak terduga-duga
seperti merebut mainan atau makanan adiknya dengan kasar, menggigit, mencakar,
memarahinya, membentak, bahkan ada kakak memaki adiknya dengan
kasar
Menurut
Hall (1994), anak mungkin akan memiliki reaksi campuran terhadap adik baru,
seperti: senang karena mendapat teman bermain baru, takut akan ditelantarkan,
sering kecewa jika adik tidak mau segera bermain. Temperamen anak dan cara Ibu
memperlakukan anak adalah faktor kunci yang menentukan berapa besar persaingan
saudara kandung.
3.
Penyebab sibling rivalry
Menurut
Mulyadi (2000), penyebab sibling rivalry adalah karena Ibu membagi
perhatian dengan orang lain, mengidolakan anak tertentu dan pembiaran rasa
kesal dan kurangnya pengertian
tentang konsep diri. Sedangkan menurut Yulia (2006), penyebab sibling
rivalry adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang tumbuh dan berkembang bersama anak misalnya temperamen, sikap
masing-masing anak dalam mencari perhatian Ibu, perbedaan usia atau jenis
kelamin, ambisi anak untuk mengalahkan anak yang lain. Sedangkan faktor eksternal
adalah sikap Ibu yang suka membanding-bandingkan atau adanya anak emas diantara
anak yang lain.
Menurut Ambarwati (2006) Banyak
faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain:
a.
Masing-masing anak bersaing
untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin menunjukkan pada saudara
mereka.
b.
Anak merasa kurang mendapatkan
perhatian, disiplin dan mau mendengarkan dari Ibu mereka.
c.
Anak-anak merasa hubungan
dengan Ibu mereka terancam oleh kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.
d.
Tahap perkembangan anak baik
fisik maupun emosi yang dapat mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian
terhadap satu sama lain.
e.
Anak frustasi karena merasa
lapar, bosan atau letih sehingga memulai pertengkaran.
f.
Kemungkinan, anak tidak tahu
cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai permainan dengan saudara mereka.
g.
Dinamika keluarga dalam
memainkan peran.
h.
Pemikiran Ibu tentang agresi
dan pertengkaran anak yang berlebihan dalam keluarga adalah normal.
i.
Tidak memiliki waktu untuk
berbagi, berkumpul bersama dengan anggota keluarga.
j.
Ibu mengalami stres dalam menjalani
kehidupannya.
k.
Anak-anak mengalami stres dalam
kehidupannya.
l.
Cara Ibu memperlakukan anak dan
menangani konflik yang terjadi pada mereka.
4.
Akibat sibling rivalry
Menurut
Priatna dan Yulia (2006), pertengkaran yang terus menerus dipupuk sejak kecil
akan terus meruncing saat anak-anak beranjak dewasa. Mereka akan terus bersaing
dan saling mendengki. Bahkan ada kejadian saudara kandung saling membunuh
karena memperebutkan warisan.
Menurut
Rimm (1999), dampak sibling rivalry
yaitu pada perkembangan anak selanjutnya dalam keluarga. Dengan adanya
persaingan dalam diri anak, tertanam asumsi bahwa saudara kandung adalah
saingannya dan anak harus paling baik diantara saudara kandungnya. Menurut
Hargianto (2008), antara saudara kandung tidak rukun dan lebih memilih untuk
lebih dekat dengan orang lain dari pada dengan saudaranya dan yang sering
menjadi pelarian adalah saudara sepupu, sebab dengan saudara sepupu yang
bersangkutan dapat merasakan aura persaudaraan dengan resiko persaingan yang
minimum. Dampak yang paling fatal dari sibling
rivalry adalah putusnya tali persaudaraan jika kelak Ibu meninggal.
5.
Pencegahan sibling
rivalry
Menurut Melinda (2011) Untuk
mengatasi sibling rivalry
dalam keluarga, ada beberapa tips yang dapat dipraktekkan oleh orangtua. Jika di
lakukan niscaya anak-anak akan memiliki rasa toleransi, berempati satu sama
lain serta dapat menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa mendatangkan masalah
baru.
a.
Membagi perhatian secara adil
Untuk menghindari kecemburuan antar
anak, sebagai orangtua harus membagi perhatian secara adil kepada anak-anak.
kecil yang didera rasa cemburu akan membuatnya mencari alasan untuk bertengkar
dengan saudara kandungnya karena merasa orangtuanya tidak adil dengan memberi
perhatian yang lebih banyak pada saudaranya. Untuk itu, dapat bergantian dalam
memberi perhatian bersama anak-anak, misalnya hari Senin menemani sang kakak
les bahasa Inggris, Selasa menunggui sang adik les matematika, Rabu kembali
menemani sang kakak latihan basket, Kamis menemani sang adik les piano, dan seterusnya
sampai hari Minggu menghabiskan waktu bersama mereka berdua dengan
berjalan-jalan ke kebun binatang atau mengunjungi rumah kakek dan nenek.
b.
Memberi kesempatan yang sama
Salah satu yang kerap menjadi bahan
pertengkaran adalah acara televisi. Di satu sisi sang kakak ingin menonton
acara A, sementara sang adik ingin menonton acara B. Salah satu cara
mengatasinya adalah Anda dapat memasang alarm dengan hitungan menit tertentu,
misalnya 30 menit, bagi tiap orang anak untuk menonton acara yang diinginkannya
dan memegang remote tv. Setelah alarm berbunyi, dapat memberikan kesempatan
pada anak yang lain untuk melakukan hal yang sama. Dengan demikian, mereka akan
merasakan keadilan karena pembagian jatah waktu yang sama disamping melatih
toleransi pada anak-anak.
c.
Memakai label masing-masing
barang anak
Mainan juga kadang menjadi salah satu
bahan pertengkaran, terutama pada anak-anak yang berjenis kelamin sama.
Solusinya, dapat memberikan label pada masing-masing mainan anak agar mereka
tidak saling berebut. Selain itu, mereka juga akan terdidik untuk menghargai
barang milik orang lain serta melatih sikap empati dengan merasakan bila barang
miliknya direbut atau dipakai oleh orang lain. Namun setelah mereka beranjak
besar, juga harus mengajarkan mereka untuk berbagi dengan menggunakan barang
yang sama secara bergantian untuk melatih toleransi dan kebersamaan.
d.
Menyaring tontonan mereka
Saat ini acara-acara televisi sudah
jarang yang ditujukan khusus untuk anak. Tiap stasiun televisi cenderung
membuat program-program untuk remaja dan dewasa yang lebih menguntungkan dari
sisi finansial. Disinilah tugas sebagai orangtua untuk menyortir
tayangan-tayangan yang boleh ditonton anak atau tidak. Jangan sampai karena membebaskan
anak untuk menonton acara yang penuh adegan kekerasan, anak menjadi sangat
agresif pada saudara atau temannya karena meniru apa yang dilihatnya di
televisi seperti kasus-kasus pada anak yang pernah santer terdengar beberapa
waktu yang lalu. Untuk itu, latihlah anak-anak dengan memberikan aturan-aturan
yang berlaku dan membuat mereka menjadi anak yang tertib agar tidak terjadi sibling rivalry dalam keluarga.
Sedangkan menurut Ambarwati (2006) beberapa
hal yang perlu diperhatikan Ibu untuk mengatasi sibling rivalry, sehingga
anak dapat bergaul dengan baik, antara lain:
a.
Tidak membandingkan antara anak
satu sama lain.
b.
Membiarkan anak menjadi diri
pribadi mereka sendiri.
c.
Menyukai bakat dan keberhasilan
anak-anak Anda.
d.
Membuat anak-anak mampu bekerja
sama daripada bersaing antara satu sama lain.
e.
Memberikan perhatian setiap
waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.
f.
Mengajarkan anak-anak Anda
cara-cara positif untuk mendapatkan perhatian dari satu sama lain.
g.
Bersikap adil sangat penting,
tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak. Sehingga adil bagi anak satu dengan
yang lain berbeda.
h.
Merencanakan kegiatan keluarga
yang menyenangkan bagi semua orang.
i.
Meyakinkan setiap anak
mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan mereka sendiri.
j.
Ibu tidak perlu langsung campur
tangan kecuali saat tanda-tanda akan kekerasan fisik.
k.
Ibu harus dapat berperan
memberikan otoritas kepada anak-anak, bukan untuk anak-anak.
l.
Ibu dalam memisahkan anak-anak
dari konflik tidak menyalahkan satu sama lain.
m.
Jangan memberi tuduhan tertentu
tentang negatifnya sifat anak.
n.
Kesabaran dan keuletan serta
contoh-contoh yang baik dari perilaku Ibu sehari-hari adalah cara pendidikan
anak-anak untuk menghindari sibling rivalry yang paling bagus.
Menurut
Puspitasari (2005), ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi
frekuensi maupun intensitas sibling rivalry yaitu dengan :
a.
Libatkan anak dalam mempersiapkan kelahiran adik.
b.
Beri anak perhatian dan cinta yang khusus.
c.
Jangan membanding-bandingkan anak.
d.
Jangan menjadikan anak sebagai pengasuh adiknya.
e.
Buatlah pembagian tugas rumah masing-masing anak.
f.
Kembangkan dan ajarkan anak bersikap empati dan memperhatikan saudaranya yang
lain.
Menurut
Rosita (2004), cara Ibu tergantung pada setting pemicu, misalnya persaingan
dalam hal mainan yaitu dengan cara mainannya bergantian atau diambil sehingga
tidak ada yang dapat, dalam hal makanan dengan cara dibagi dua, dalam hal
perhatian dan membeli sesuatu harus sama, prestasi sekolah, dan perlombaan
dengan cara memberi pengertian dan membagi hadiah dengan saudara kembarnya.
6.
Persiapan
sibling
Menurut
Puspitasari (2005) Kehadiran anggota keluarga baru (bayi) dalam keluarga dapat
menimbulkan situasi krisis terutama pada saudara-saudaranya, sehingga perlu
dipersiapkan
a. Enam
bulan sebelum bayi tiba, melibatkan balita dalam kelompok bermain. Berbagi dan
bekerjasama adalah pelajaran yang paling baik diajarkan bersama teman sebaya.
b. Menunjukan
afeksi kepada anak –anak lain.Biarkan anak mengamati Ibu berinteraksi
dengan anak-anak kecil lain.Beberapa anak tidak peduli ketika ibunya
menggendong atau mencium anak lain. Beberapa anak akan ragu tidak pernah
terpikir olehnya ibunya bisa tertarik pada anak lain.
c. Kenalkan
anak dengan para bayi. Membacakan buku tentang bayi ; menunjukan gambar-gambar
bayi di majalah, juga fotonya sendiri ketika dia masih bayi.yang paling baik
adalah mengajaknya melihat bayi yang sesungguhnya dan berbicara tentangnya.
d. Peka
terhadap sudut pandang anak.Meskipun anak belum sepenuhnya mengerti apa yang
sedang terjadi tingkat intelektual, saya berani menyakinkan bahwa anak anda
tahu sedang terjadi perubahan .
e. Menggunakan
akal sehat dan percaya naluri.
Menurut Suherni (2007) pada tahapan perkembangan,
batita (bawah tiga tahun) ini adalah usia 1-2 tahun. Cara beradaptasi pada
tahap perkembangan ini antara lain:
Merubah pola tidur bersama dengan
anak-anak pada beberapa minggu sebelum kelahiran. Mempersiapkan keluarga dan
kawan-kawan anak batitanya dengan menanyakan perasaannya terhadap kehadiran
anggota baru. Mengajarkan pada Ibu untuk menerima perasaan yang ditunjukkan
oleh anaknya.
Respon para remaja juga bergantung
kepada tingkat perkembangan mereka. Ada remaja yang merasa senang dengan
kehadiran angggota baru, tetapi ada juga yang larut dalam perkembangan mereka
sendiri. Adaptasi yang ditunjukkan para remaja yang menghadapi kehadiran
anggota baru dalam keluarganya, misalnya:
Berkurangnya ikatan kepada Ibu. Remaja
menghadapi perkembangan seks mereka sendiri. Ketidakpedulian terhadap kehamilan
kecuali bila mengganggu kegiatan mereka sendiri. Keterlibatan dan ingin
membantu dengan persiapan untuk bayi.
B. Konsep Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,
2003)
Rogers (dalam Notoatmodjo, 2005)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
1.
Awareness (kesadaran), dimana orang
tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus
(objek)
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau
objek tersebut.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Trial, dimana subjek mencoba melakukan sesuatu
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Menurut
Notoatmodjo (2005) pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan yakni:
1.
Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2.
Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasi materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap
objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3.
Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan
untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi atau keadaan yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
4.
Analisis (analysis)
Analisis
adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan/ menguraikan atau menganalisis suatu material atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.
Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu
kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. (Notoatmodjo, 2005)
C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan
seseorang dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini, antara lain: Usia, jenis
kelamin dan tingkat pendidikan.
1.
Tingkat pendidikan
Semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin tinggi pula penguasaan dan pemahaman terhadap
kemampuan. Notoatmodjo (2005), mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu
proses yang terdapat unsur masukan dan unsur keluaran. Unsur masukan adalah
berupa sarana pendidikan, sedangkan unsur keluaran adalah berupa bentuk prilaku
dan kemampuan baru dari sarana pendidikan.
Berdasarkan proses intelektual secara operasional, tujuan pendidikan
dibedakan menjadi 3 (tiga) aspek, yaitu kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (ketrampilan). Jalur
pendidikan akan membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan teori dan
logika, pengetahuan umum dan kemampuan analisis serta pengembangan kepribadian.
(Notoatmodjo, 2005)
Pendidikan
adalah suatu proses yang unsurnya
terdiri dari masukan (input) yaitu sasaran pendidikan (out put) yaitu
suatu bentuk perilaku dan kemampuan dari saran–saran pendidikan. Tujuan pendidikan
untuk mengubah prilaku masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat. tujuan
tersebut dapat dicapai dengan anggapan
bahwa manusia selalu dapat belajar atau berubah, karena manusia selama hidupnya
selalu berubah untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.
Gangguan
terhadap kesehatan juga disebabkan oleh manusia terutama menyangkut pendidikan,
pengetahuan dan sikap seseorang dalam menjaga kesehatan apabila tingkat
pendidikan seseorang tinggi maka bisa memperbaiki pengetahuan, sikap, prilaku, orang tersebut
sehingga dia mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap kesehatan, baik kesehatan
pribadi maupun kesehatan keluarga. Pendidikan merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan
untuk memperoleh hasil berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang.
(Notoadmodjo, 2003 ).
Pendidikan
dalam keluarga sangat menentukan kesehatan keluarga, teori tersebut
diperkuat oleh teori L. Green, 1980 bahwa gangguan terhadap penyakit juga
disebabkan oleh manusia itu sendiri, terutama menyangkut pendidikan,
pengetahuan dan sikap seseorang dalam menjaga kesehatan. Apabila tingkat
pendidikan seseorang tinggi maka dapat memperbaiki pengetahuan, sikap dan perilaku orang
tersebut sehingga ia mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap kesehatan baik
kesehatan pribadi maupun kesehatan keluarga (Notoadmodjo, 2005).
Tingkat
pendidikan dibagi 3 (tiga) dikatagorikan
yaitu merujuk pada Departemen Pendidikan Nasional yaitu :
a. Pendidikan Tinggi : Perguruan Tinggi / Akademi (D-III)
b. Pendidikan Menengah : SMA / Sederajat
c. Pendidikan Dasar : SD/sederajat /tidak sekolah
2.
Usia
Umur merupakan
salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama.
Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan,
besarnya risiko serta sifat resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/
penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut (Noor,N.N,2000)
World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa pengetahuan seseorang diturunkan
atau diperoleh dari pengalaman sendiri maupun yang diperoleh dari orang lain. Beberapa studi menemukan bahwa usia ibu, ras,
pendidikan dan status sosial ekonomi
berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu tentang
prilaku sehat. (Notoatmodjo, 2003).
Usia adalah
perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu
perhitungan usia (Farer, 2001)
Potter dan Perry (2005) mengatakan bahwa umur sangat
mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku, yaitu seseorang akan sangat mempengaruhi pola
fikir dan tingkah laku, yaitu seseorang akan sangat mempengaruhi keyakinan dan
tindakan seseorang terhadap status kesehatan dan pelayanan kesehatan. Menurut
teori perkembangan psikososial tahap perkembangan manusia menurut umur (dewasa)
dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
1)
Early adult hood (21-35 tahun)
pada masa dewasa awal ini, hubungan social utama
seseorang sudah terfokus pada partner dalam hubungan teman dan seks
(perkawinan).
2)
Young and middle adult hood (36-45
tahun)
pada masa dewasa pertengahan ini, hubungan social
seseorang terfokus pada pembagian tugas antara bekerja dengan rumah tangga dan
pada masa ini emosi sudah mulai stabil.
3)
Later adult hood (>45 tahun)
Pada masa dewasa akhir ini, hubungan kemasyarakatan
dalam kelompok motivasi untuk hidup dan
berkarier serta cenderung relative stabil dengan motivasi untuk hidup dan
berkarier serta membantu sesame dengan baik.
3.
Pendapatan
Terdapatnya
penyebaran masalah kesehatan yang berbeda
berdasarkan status sosial ekonomi pada umumnya dipengaruhi oleh 2 (dua)
hal, yaitu:
a. Karena
terdapatnya perbedaan kemampuan ekonomis dalam mencegah penyakit atau
mendapatkan pelayanan kesehatan,
b. Karena terdapatnya perbedaan sikap hidup dan perilaku
hidup yang dimiliki (Azwar, 2003).
Status sosio
ekonomi erat hubungannya dengan berbagai variabel sehingga merupakan
karakteristik. Status sosio ekonomi erat hubungannya dengan pekerjaan/jenisnya,
pendapatan keluarga, daerah tempat tinggal/geografis, kebiasaan hidup dan lain
sebagainya. Status ekonomi berhubungan erat pula dengan faktor psikologi dalam
masyarakat (Noor,N.N 2000).
Hollingshead dan Redlich dalam
melakukan penelitian sosial menggunakan indikator pekerjaan, pendidikan dan
keadaan tempat tinggal dalam menentukan status sosial ekonomi. Sedangkan Parker
& Bennet memakai indikator pendapatan, pendidikan, jumlah anak dan
sikap terhadap kesehatan (Azwar, 2003).
Status ekonomi atau
tingkat penghasilan keluarga akan mempengaruhi cara hidup/gaya hidup seseorang
dan cara berprilaku. Keluarga dengan penghasilan tinggi cenderung mendapatkan
kesempatan yang lebih tinggi untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi
tentang arti kesehatan dan manfaat sehat (Azwar, 2003).
Dengan gaya hidup sehari-hari yang
terbiasa menggunakan fasilitas yang berkualitas, maka orang dengan penghasilan
tinggi akan mendapatkan informasi yang benar dan aktual. Demikian sebaliknya
pada orang dengan pendapatan rendah biasanya akan kurang respon dengan hal –
hal atau isue yang lagi dibicarakan (Azwar, 2003).
Upah Minimum Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Rp. 1.550.000.-
perbulan. Ini menggambarkan bahwa penghasilan keluarga minimal untuk dapat
memenuhi kebutuhan dasar keluarga di Nanggroe Aceh Darussalam adalah Rp. 1.550.000.-
perbulan. Bila penghasilan keluarga tidak mencapai
Rp. 1.550.000.- perbulan, maka
akan sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga, termasuk dalam
memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan (Pergub. / 2013)
4.
Informasi
Informasi adalah penerangan,
keterangan, pemberitahuan, pemberitahuan kabar atau berita tentang sesuatu
melalui media dan alat sarana komunikasi seperti koran, majalah, radio,
televisi, spanduk, dan selebaran. Media informasi adalah media yang digunakan
pembaca untuk mendapatkan suatu informasi atau hal tentang pengetahuan
Berkaitan dengan
penyediaan informasi bagi manajemen dalam pengambilan keputusan, informasi yang
diperoleh haruslah berkualitas (Tugiman, 2006)
Dengan kriteria: Cukup, Jika
jawaban responden benar ≥ 50 % dari pertanyaan dan kurang, Jika jawaban
responden benar < 50 % dari pertanyaan
(Arikunto, 2007)
Komunikasi secara terminologis
merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada
orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang bersifat dalam komunikasi adalah
manusia. Komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu
dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan
menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain (BKKBN,
2008)
5.
Paritas
Paritas
adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup
maupun lahir mati. (http://www.datastatistik-indonesia.com).
Paritas
adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita subur yang pernah
menikah pada tahun tertentu. Pola paritas wanita mengikuti huruf U tebalik pada
wanita usia muda (15-19 tahun) paritas relatif kecil. Paritas wanita mencapai
puncak pada usia 25-29 tahun, kemudian mulai menurun pada kelompok usia
diatasnya. Paritas 2-3 orang merupakan paritas yang aman ditinjau dari sudut
kematian maternal dan > 3
mempunyai angka kematian maternal
lebih tinggi, hipertensi esensial lebih banyak dijumpai pada multi para dalam
usia lanjut sehingga adanya kriteria sebagai berikut :
a. Multipara : Ibu yang pernah melahirkan bayi
2 – 5 kelahian
b. Grande Multipara : ibu pernah melahirkan
lebih dari 5 kali. (Wiknjosastro, 2005)
D.
Kerangka Teoritis
Berdasarkan
teori Notoatmodjo (2003), Wiknjosastro (2005), Azwar (2003), dan Tugiman (2006) maka kerangka
teoritis dapat digambar:
Notoatmodjo (2003)
-
Pendidikan
-
Pengalaman
-
Usia
|
Wiknjosastro (2005)
-
Usia
-
Paritas
|
Azwar (2003)
-
Pendapatan
-
Informasi
-
Pendidikan
|
Tugiman (2006)
-
Informasi
|
Gambar 2.1. Kerangka Teoritis
BAB III
KERANGKA KONSEP
A.
Kerangka Konsep
Berdasarkan teori teori Notoatmodjo (2003), Wiknjosastro (2005), Azwar (2003), dan
Tugiman (2006) yang mengatakan tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini,
antara lain: Usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan kerana keterbatasan
waktu peneliti hanya meneliti tingkat pendidikan, usia, dan pendapatan serta
informasi maka kerangka konsep dapat digambar sebagai berikut:
Pengetahuan
ibu tentang Sibling Rivalry
|
Gambar 3.2. Kerangka Konsep penelitian
B.
Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No
|
VARIABEL
|
DEFINISI OPERASIONAL
|
CARA UKUR
|
ALAT UKUR
|
HASIL UKUR
|
SKALA UKUR
|
|
1
|
Pengetahuan
ibu tentang sibling rivalry
|
Segala
sesuatu yang di Pahami ibu tentang sibling rivalry
|
Menyebarkan
kuesioner
|
Kuesioner
|
- Tinggi
- Sedang
- Rendah
|
Ordinal
|
|
1
2
3
4
5
|
Pendidikan
Usia
Pendapatan
Informasi
Paritas
|
Jenjang pendidikan
yang telah ditempuh ibu dan mendapatkan ijazah
Waktu yang telah
dijalani ibu mulai saat lahir sampai saat ini
Jumlah pendapatan keluarga
setiap bulannya
Pengetahuan yang didapat dari
mediamasa elektronik dan cetak, sekolah.
Jumlah anak yang telah dilahirkan
|
Menyebarkan
kuesioner
Menyebarkan
kuesioner
Menyebarkan
kuesioner
Menyebarkan
kuesioner
Menyebarkan
kuesioner
|
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
|
- Tinggi
-
Menengah
-
Dasar
- Dewasa awal
- Dewasa menengah
- Dewasa akhir
-
Sedang
-
Rendah
- Cukup
- Kurang
-
Multipara
-
Grande Multipara
|
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
D. Cara Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel dilakukan sebagai berikut :
1.
Pengetahuan dibagi menjadi 3 (tiga)
katagori: (Arikunto, 2005)
a. Tinggi > 76 % dari
jawaban responden yang benar dari total skor
b. Sedang bila jawaban benar
56 – 75 % dari total skor
c. Rendah < 56 % dari jawaban responden yang benar total skor
2.
Pendidikan di bagi 3 (tiga) dikatagorikan yaitu :
(Notoadmodjo, 2005)
a.
Pendidikan Tinggi
: Perguruan Tinggi/Akademi (D-III)
b.
Pendidikan Menengah
: SMA/Sederajat
c.
Pendidikan Dasar :SD/sederajat/tidak
sekolah
3. Usia dibagi menjadi 3 (
tiga ) katagori: (Potter dan Perry,
2005)
a. Dewasa Awal : Jika umur responden 21tahun-35 tahun
b. Dewasa Menengah : Jika umur responden antara 36 tahun
- 45 tahun
c. Dewasa Akhir :
jika umur responden diatas 45 tahun.
4. Pendapatan Dibagi menjadi 2 (dua) katagori (Pergub Aceh, 2013)
a. Sedang : Jika memiliki pendapatan perbulan ≥ UMP Rp.1.550.000
b. Rendah :
Jika memiliki pendapatan perbulan
< UMP Rp.1.550.000
5. Informasi di bagi 2
(dua) Katagori sebagai berikut
(Notoadmodjo, 2007)
a . Cukup :
bila ibu menjawab mendapatkan informasi ≥ 5 media informasi.
b. Kurang : bila ibu menjawab
mendapatkan informasi < 5 media informasi.
6. Paritas di bagi 2 ( dua) Katagori sebagai berikut : (Wikjosarto, 2005)
a. Multipara : Ibu yang pernah melahirkan bayi 2 sampai 5 kali.
b. Grande multipara : Ibu yang pernah
melahirkan bayi lebih dari 5 kali.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Jenis Penelitian ini merupakan penelitian
survey yang bersifat deskriptif
dengan disain Crossectional
yaitu dimana penelitian hanya untuk melihat Gambaran Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang Sibling Rivalry Di Desa Gampong Baro Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie
Tahun 2013.
B.
Populasi
Dan Sampel
1. Populasi.
Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh ibu
yang mempunyai bayi dan balita lebih dari 1 orang di Gampong Baro Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie dari bulan Januari sampai Mei
2013 yang berjumlah 33 orang.
3. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan teknik total
sampling yaitu semua populasi
dijadikan sampel yaitu sebanyak 33 ibu.
C.
Tempat
dan Waktu Penelitian
Tempat
penelitian dilaksanakan di Gampong Baro Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie yang direncanakan pada
bulan Juni 2013.
D. Pengumpulan data
1. Teknik pengumpulan data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data
yang diperoleh langsung untuk
peneliti yang berada di Gampong Baro Kecamatan Pidie Kabupaten
Pidie dengan
menggunakan kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan dengan pilihan jawaban yang telah disiapkan
Data
sekunder adalah data yang diperoleh dari, Dinas Kesehatan Propinsi, Kabupaten, Puskesmas Pidie, serta
referensi yang berkaitan dengan penelitian
2. Instrumen
Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
yang berisi 14 pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan pengetahuan, 1 pertanyaan
pendidikan, 1 pertanyaan usia, 1 pertanyaan pendapatan dan 1 pertanyaan informasi,
serta 1 pertanyaan tentang paritas.
E.
Pengolahan
dan Analisa Data
1. Pengolahan data.
Data yang telah terkumpul diolah
dengan langkah-langkah sebagai berikut: (Budiarto, 2002)
a.
Editing
Dilakukan pengecekan
kelengkapan data, bila terdapat kesalahan maka akan diperbaiki dengan
pemeriksaan ulang.
b.
Coding
Pemberian nilai pada
hasil yang telah ditetapkan dan menjumlahkan score untuk menentukan tingkat
pengetahuan.
c.
Prosessing/
Entry
Perhitungan sesuai
variabel yang dibutuhkan lalu
dimasukan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah analisa data
dan pengambilan kesimpulan.
d.
Cleanning
Yaitu
data yang dikumpulkan dibersihkan untuk ditabulasi dalam bentuk tabel distribusi frekwensi.
2. Analisa data.
Analisa data dilakukan untuk masing masing variabel
yaitu dengan melihat persentase dari setiap tabel distribusi frekwensi. Notoadmodjo
(2003)
P =
Keterangan:
P :
Persentase
n : Jumlah responden yang menjadi sampel
f :
Frekuensi teramati
F. Penyajian Data
Data yang telah dkumpul diolah dan disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi dan dinarasikan
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2006, Sibling pada anak, Renika Cipta, Jakarta
Arikunto, 2007, Prosedur Penelitian, Renika Cipta, Jakarta
Bahiyaton, 2010, Perawatan anak dan balita, Fitramaya, Yokjakarta
BKKBN, 2008, Kesehatan
Reproduksi, BKKBN, Jakarta
Budiarto,
2002, Biostatistika untuk kedokteran dan
Mesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta
Farer,
2001, Pemberian Kolustrum, www.promosikesehatan.com
Hargianto,
2008, Sibling dan pencegahan, Renika
Cipta, Jakarta
Harnaini,
2006, Penyebab sibling, Salemba
Medika Jakarta
Hartanto,
2004, Perawatan anak,
Salemba Medika Jakarta
Meninda,
2011, Sibling http:www.Dechacare.com
Muliadi,
2000, Perselisihan antar keluarga, http://www.infosehat.com
Muslihayaton,
2010. Perawatan bayi, Fitramaya,
Yokjakarta
Noor, NN,
2000, Penelitian kwantitatif, Renika
Cipta Jakarta
Notoadmodjo,
2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Renika, Jakarta
___________,
2005, Metodelogi penelitian, Renika
Cipta Jakarta
Priatna
dan yulia, 2006, Sibling, http://www.infosehat.com
Puspitasari,
2003, Sibling revalry, http://www.tempointeraktif,com
Rosita,
2004, Penyebab sibling, http://www.infosehat.com
Setiawati
dan zulkaida, 2006, Sibling Rivary,
http:www.Dechacare.com
Suherni,
2007, Perawatan keluarga kecil,
Renika cipta Jakarta
Tugiman,
2006, Komunikasi efektif, Renika
cipta, Jakarta
Wiknjosastro,
2005. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Yulia,
2006, Sibling, http://www.infosehat.com
GAMBARAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN IBU TENTANG SIBLING REVALRY DI DESA
GAMPONG BARO
KECAMATAN
PIDIE KABUPATEN PIDIE
TAHUN 2013
Nama Peneliti : MUCHSIN
Tanggal : __________________2013
I. DATA RESPONDEN
1. Nomor Responden :
2. Pendidikan :
3. Usia : ......... Tahun
4. Jumlah anak ibu sekarang :
......... Orang
II . KUESIONER
A.
Pengetahuan Tentang sibling
rivalry
1.
Yang
di maksud dengan sibling rivalry adalah? (Melinda, 2011)
a.
Perkelahian
antar saudara
b.
Perebutan
harta kekayaan antar saudara sekandung
c.
Persaingan antara saudara sekandung
2.
Persaingan
antar saudara kandung dapat terjadi karena (Melinda,
2011)
a.
Ibu
sering membandingkan antara anak yang satu dengan yang lain
b.
Ibu
sering tegas dalam menjalankan aturan
c.
Ibu
sering menghukum yang salah
3.
Cara menghindari
persaingan antara anak yang satu dengan yang lain adalah dengan ..... (Bahiyaton, 2009).
a.
Membandingkan
anak
b.
Membedakan
kasih sayang terhadap anak
c.
Berlaku
adil kepada anak
4.
Persaingan
antar saudara kandung bila telah terjadi dapat mengakibatkan (Bahiyaton, 2009).
a.
Anak
membenci saudara kandung
b.
Ikatan
kasih sayang antar anak sangat erat
c.
Anak
semakin saling menyayangi
5.
Bila
terjadi pertengkaran antar saudara sekandung, tindakan yang ibu
lakukan adalah (Suherni, 2007)
a.
Memperhatikan saja
dan menjaga agar tidak terjadi kekerasan fisik
b.
Menyalahkan semua
anak
c.
Menghukum
yang lebih tua.
6.
Persaingan
antara saudara sekandung bila tidak ditangani dengan baik menyebabkan (Bahiyaton, 2009).
a.
Tidak
menyebabkan apapun
b.
Menyebabkan
permusuhan
c.
Semua
benar
7.
Persaingan
antar saurada sekandung akan berakhir (Melinda, 2011)
a, Pada usia diatas 5 tahun
b. Pada usia remaja
c. Terbawa hingga dewasa
8.
Bila
terjadi perebutan mainan maka (Suherni, 2007)
a.
Mainan
yang diperebutkan disimpan.
b.
Menjadwalkan
anak mengunakan mainan
c.
Mainan
diberikan pada yang memilikinya
9.
Yang dapat
dilakukan agar anak tidak merasa diperlakukan tidak adil, adalah (Melinda,
2011)
a.
Jangan
menjadikan anak sebagai pengasuh adiknya
b.
Berikan
perhatian khusus terhadap bayi baru lahir
c.
Berikan
sanjungan kepada bayi yang baru lahir
10.
Cara
mempersiapkan agar anak tidak cemburu
kepada adiknya yang baru lahir
adalah (Bahiyaton, 2009).
a.
Libatkan anak dalam
mempersiapkan kelahiran adiknya
b.
Tidak
memberi tahu adiknya akan lahir
c.
Anak
tidak dibawa saat pemeriksaan kehamilan
D.
Informasi
Berikan tanda √
pada jawaban yang anda pilih
1. Apakah ibu pernah mendapatkan informasi tentang
persaingan antar saudara kandung, dari
Koran
Majalah
Spanduk
Brosur
TV
Radio
Petugas
kesehatan
Internet
Buku
Kunci jawaban
Pengetahuan
1.
C
2.
A
3.
C
4.
A
5.
A
6.
B
7.
A
8.
B
9.
A
10. A
TABEL
SKORE
NO
|
VARIABEL
|
NO
PERTANYAAN
|
JAWABAN
|
RENTANG
|
A
|
B
|
C
|
1
|
PENGETAHUAN
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
|
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
|
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
|
- Tinggi (8-10)
- Cukup (6-7)
- Kurang (0-5)
|
2
|
Pendidikan
|
|
|
|
|
- Tinggi
- Menengah
- Dasar
|
3
|
Usia
|
|
|
|
|
-
Dewasa awal
-
Dewasa
menengah
-
Dewasa akhir
|
4
|
Pendapatan
|
|
|
|
|
- Sedang
-
Rendah
|
5
|
Sumber
Informasi
|
|
|
|
|
- Cukup
- Kurang
|
6
|
Paritas
|
|
|
|
|
-
Multipara
-
Grande
Multipara
|