Minggu, 22 Maret 2015

bahaya kerusakan pada otak

macam-macam bahaya kerusakan otak

fungsi otak..

Otak Kanan


Mentransfer pengalaman hidup kita dari imaginasi, warna, musik, emosi, bentuk, kreativitas, tidak linier, naluriah dan long term memory (dapat menyimpan memori jangka panjang).


Otak Kiri


Merupakan belahan pemikiran manusia yang bersifat rasional atau analisis logis, lebih condong menela’ah tulisan, angka, urutan, hitungan dan mengontrol kemampuan manusia dalam mengucapkan bahasa, dan short term memory (dapat menyimpan memori jangka pendek).

Kecerdasan Manusia


Memperkenalkan sebagian dari kecerdasan otak kita, yaitu penalaran yang diarahkan otak kiri dengan menguasai enam kecerdasan penting yang diarahkan otak kanan. Secara bersama-sama, enam kecerdasan high concept, high touch ini dapat membantu mengembangkan sebuah pikiran yang benar-benar baru yang dituntut oleh era baru ini.
Otak merupakan salah satu bagian terpenting dalam organ tubuh manusia yang berguna untuk menyimpan data, berpikir dan pusat saraf sensorik dan motorik organ tubuh kita.

Berita buruknya jika otak kita rusak, gak ada yang menjualnya lagi di toko. So... kita harus jaga dan rawat baik-baik otak kita yang cuma ada satu di dunia ini, jangan sampai dia (baca: otak) kabur karena kita gak pernah ngerawat. Dan perlu Kamu ketahui berikut adalah beberapa hal yang menyebabkan kerusakan pada otak.


Dari Segi makanan dan Minuman :
1. Bekas botol air mineral
Mungkin sebagian dari kita mempunyai kebiasaan memakai dan memakai ulang botol plastik (Aqua, VIT, etc) dan menaruhnya di mobil atau di kantor.

Kebiasaan ini tidak baik, karena bahan plastik botol (disebut juga sebagai polyethylene terephthalate or PET) yang dipakai di botol-botol ini mengandung zat-zat karsinogen (atau DEHA).

Botol ini aman untuk dipakai 1-2 kali saja, jika Kamu ingin memakainya lebih lama, tidak boleh lebih dari seminggu dan harus ditaruh ditempat yang jauh dari matahari.

Kebiasaan mencuci ulang dapat membuat lapisan plastik rusak dan zat karsinogen itu bisa masuk ke air yang kita minum. Lebih baik membeli botol air khusus yang memang untuk dipakai berulang-ulang, jangan memakai botol plastik.


2. Sate
Kalau Kamu gemar makan sate, jangan lupa makan ketimun setelahnya. Karena ketika kita makan sate sebetulnya ikut juga karbon dari hasil pembakaran arang yang dapat menyebabkan kanker dan mengakibatkan sel-sel pada otak tidak berkembang dan pada akhirnya bisa membuat anda susah berkonsentrasi.

Untuk itu kita punya obatnya yaitu ketimun yang disarankan untuk dimakan setelah makan sate. Karena sate mempunyai zat Karsinogen (penyebab kanker) tetapi ketimun ternyata punya anti Karsinogen. Jadi sekali lagi jangan lupa makan ketimun setelah makan sate.


3. Udang dan Vitamin C
Jangan makan udang setelah Anda makan Vitamin C. Karena ini akan menyebabkan keracunan dari racun Arsenik (As) yang merupakan proses reaksi dari Udang dan Vitamin C di dalam tubuh dan berakibat
keracunan yang fatal dalam hitungan jam.

Mengkonsumsi udang dan Vitamin C secara bersamaan dapat mengakibatkan sel2 stimulus Otak menjadi gampang terganggu, pada akhirnya dapat mengakibatkan Kebodohan dan IQ menjadi Turun.


4. Mie instan
Untuk para penggemar mie instan, pastikan Kamu punya selang waktu paling tidak 3 (tiga) hari setelah Kamu mengkonsumsi mie instan, jika Kamu akan mengkonsumsinya lagi. Dari informasi kedokteran, ternyata terdapat lilin yang melapisi mie instan. Itu sebabnya mengapa mie instan tidak lengket satu sama lainnya ketika dimasak. Konsumsi mie instan setiap hari akan meningkatkan kemungkinan seseorang terjangkiti kanker.

Seseorang, karena begitu sibuknya dalam berkarir tidak punya waktu lagi untuk memasak, sehingga diputuskannya untuk mengkonsumsi mi instan setiap hari. Akhirnya dia menderita kanker.


5. Bahaya dibalik kemasan makanan
Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai "pelindung" makanan. Sebetulnya tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan kemasan.

Sebaiknya mulai sekarang Kamu cermat memilik kemasan makanan. Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi, dan informasi. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan. Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya.


6. Kopi
Minum kopi secara berlebihan juga tidak baik untuk otak, para Ilmuwan menganjurkan minum kopi maksimal hanya 3 gelas cangkir per hari, itupun cangkir yang berukuran kecil.


*Dari segi kebiasaan :
7. Tidak sarapan
Banyak orang yang menyepelekan sarapan, padahal tidak mengkonsumsi apapun di pagi hari menyebabkan turunnya kadar gula dalam darah. Hal ini berakibat pada kurangnya masukan nutrisi pada otak yang akhirnya berakhir pada kemunduran otak.


8. Makan berlebihan
Terlalu banyak makan mengeraskan pembuluh otak yang biasanya menuntun orang pada menurunnya kekuatan mental. Jadi makanlah dalam porsi yang normal, biasakan menahan diri dengan cara berhenti makan sebelum anda kekenyangan.


9. Merokok
Inilah mengapa bangsa Yahudi (bangsa yang terkenal karena jenius) tidak merokok walaupun penghasil rokok berasal dari Bangsa Yahudi, karena bangsa Yahudi tahu jika merokok bisa membuat seseorang dan keturunannya menjadi bodoh dan dungu.

Jika rokok memiliki segudang efek buruk, semua orang pasti sudah tahu. Dan ada satu lagi efek buruk rokok yang terungkap di sini, ternyata merokok berakibat sangat mengerikan pada otak! Bayangkan, otak manusia lama kelamaan bisa menyusut dan akhirnya kehilangan fungsi-fungsinya karena rajin menghisap benda berasap itu. Tak ayal di waktu tua bahkan pada saat masih muda sekalipun, perokok rawan alzheimer(alzheimer adalah penyakit pikun).


10. Terlalu banyak mengkonsumsi zat gula
Terlalu banyak asupan kadar gula akan menghalangi penyerapan protein dan gizi sehingga tubuh kekurangan nutrisi dan perkembangan otak terganggu.


11. Polusi udara
Otak adalah bagian tubuh yang paling banyak menyerap udara. Terlalu lama berada di lingkungan dengan udara berpolusi membuat kerja otak tidak efisien.


12. Kurang tidur
Tidur memberikan kesempatan otak untuk beristirahat. Sering melalaikan tidur membuat sel-sel otak menjadi mati kelelahan. Tapi jangan juga kebanyakan tidur karena bisa membuat anda menjadi pemalas yang lamban. Sebaiknya tidur 6-8 jam sehari agar sehat dan bugar.


13. Menutup kepala ketika sedang tidur
Tidur dengan kepala yang ditutupi merupakan kebiasaan buruk yang sangat berbahaya karena karbondioksida yang diproduksi selama tidur terkonsentrasi sehingga otak tercemar. Jangan heran kalau lama kelamaan otak menjadi rusak. Dan kamu juga bisa baca 6 larangan saat tidur.


14. Berpikir terlalu keras ketika sedang sakit
Bekerja keras atau belajar ketika kondisi tubuh sedang tidak fit juga memperparah ketidakefektifan otak. Sudah tahu sedang tidak sehat, sebaiknya istirahat total dan jangan forsir otak anda.


15. Kurangnya stimulasi otak
Berpikir adalah cara terbaik untuk melatih kerja otak. Kurang berpikir akan membuat otak menyusut dan akhirnya tidak berfungsi maksimal. Rajin membaca, mendengar musik dan bermain (catur, scrabble, dll) membuat otak anda terbiasa berpikir aktif dan kreatif.


16. Jarang bicara
Percakapan intelektual biasanya membawa efek bagus pada kerja otak. Jadi jangan terlalu bangga menjadi pendiam. Obrolan yang bermutu sangat baik untuk kesehatan anda.


17. Terlalu banyak menonton Televisi
Nah, kebanyakan nonton tv saja bisa bodoh. Apalagi kebanyakan nonton bokep! hahaaahaa... dan katanya 1 jam menonton TV bisa mengurangi umur sebanyak 22 menit.


18. Onani/cokil/coli/ngocok
Jangan melakukannya terlalu sering, para ilmuwan menganjurkan, bagi anda para remaja untuk tidak terlalu sering onani, Ilmuwan menganjurkan onani seminggu paling maksimal 3 kali saja!


19. Minum-minuman beralkohol
Bahayanya karena dapat merusak hati untuk menawarkan racun, sehingga darah beracun sampai ke otak. Kalau di Amerika minuman beralkohol hanya disarankan untuk orang yang berusia lebih dari 21 tahun, karena dalam usia yang dini, otak sangat mudah sekali rusak oleh pengaruh alkohol.


20. Begadang
Kalo yang ini, bang haji juga bilang kan? "begadang jangan begadang kalo tiada artinya". Jika Kamu diharuskan untuk bergadang, sebaiknya seimbangkan dengan mengkonsumsi makanan dan minuman dengan nutrisi yang lengkap.


21. Terlalu lama menggunakan handphone/ponsel
Ini bisa diakibatkan oleh gelombang elektromagnetik yg ditimbulkan oleh HP, bisa berakibat ke perkembangan otak. Disarankan menggunakan handsfree/headset jika misalkan Kamu menerima telephone yang cukup lama. Dan masih banyak lagi bahaya dari radiasi ponsel.www.bahayarusakotak.com

Kamis, 01 Agustus 2013

BAB I PENDAHULUAN

 BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Sibling Rivalry adalah permusuhan dan kecemburuan antara saudara kandung yang menimbulkan ketegangan diantara adik dan kakak. Hal ini tak dapat disangkal bahwa perselisihan antar adik dan kakak akan selalu ada. Biasanya ini terjadi apabila masing-masing pihak berusaha untuk lebih unggul dari yang lain. Kemungkinan sibling rivalry akan semakin besar apabila adik dan kakak berjenis kelamin sama dan jarak usia keduanya cukup dekat (Puspitasari, 2003).
Hubungan antara adik dan kakak yang masih kecil merupakan salah satu interaksi yang berpotensi menimbulkan konflik dan bisa menyebabkan adanya sibling rivalry. Sibling rivalry dapat berbeda intensitasnya tergantung pada jarak usia anak, usia anak itu sendiri, jenis kelamin anak serta urutan kelahiran. Saudara kandung dengan jarak usia yang pendek akan bertengkar lebih hebat dibandingkan dengan yang jauh perbedaan umurnya. Begitu juga saudara kandung dengan jenis kelamin yang sama, akan bersaing lebih hebat dibandingkan dengan yang berbeda jenis kelaminnya (Muslihayaton, 2010).
Dalam  masyarakat istilah Sibling rivalry masih merupakan istilah yang sangat asing bahkan ada masyarakat yang belum pernah mendengar kata Sibling rivalry namun secara teori sebenarnya masyarakat telah melakukan Sibling rivalry dengan istilah hubungan antara kakak dan adik (Muslihayaton, 2010).
Peranan orangtua juga sangat penting dan menentukan akan terjadinya sibling rivalry ini dalam keluarganya. Salah satunya adalah karena salah satu anak merasa terancam dengan terbaginya perhatian pada anak yang lain, karena mereka masih sangat bergantung pada cinta dan kasih sayang orangtuanya. Pembagian perhatian yang tidak adil juga dapat menyebabkan sibling rivalry, karena salah satu anak cemburu dan merasa tersisih oleh saudara kandungnya. Sementara penyebab lainnya berasal dari diri anak itu sendiri, yaitu saat salah seorang anak menyadari kekurangannya dari saudara kandungnya (Melinda, 2011).
Sibling rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry itu. Istilah ahli psikologi hubungan antar anak-anak seusia seperti itu bersifat ambivalent dengan love hate relationship. (Bahiyaton, 2009).
Untuk mengatasi sibling rivalry dalam keluarga, ada beberapa tips yang dapat dipraktekkan oleh orangtua. Jika ini dilakukan niscaya anak-anak Anda akan memiliki rasa toleransi, berempati satu sama lain serta dapat menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa mendatangkan masalah baru. (Melinda, 2011).
Mainan juga kadang menjadi salah satu bahan pertengkaran, terutama pada anak-anak yang berjenis kelamin sama. Salah satu solusinya dengan memberikan label pada masing-masing mainan anak agar mereka tidak saling berebut. Selain itu, mereka juga akan terdidik untuk menghargai barang milik orang lain serta melatih sikap empati dengan merasakan bila barang miliknya direbut atau dipakai oleh orang lain. Namun setelah mereka beranjak besar, orang tua juga harus mengajarkan mereka untuk berbagi dengan menggunakan barang yang sama secara bergantian untuk melatih toleransi dan kebersamaan (Melinda, 2011).
Pengetahuan ibu tentang Sibling Rivalry  merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan kepribadian bayi. Secara teori Sibling Rivalry  merupakan hal yang biasa terjadi dalam keluarga namun bila ibu tidak mempu mencegah maka persaingan yang terjadi antar anak akan membekas dan terbawa sampai dewasa. Sangat penting pengetahuan ibu tentang Sibling Rivalry  dan cara pencegahan dan penangannnya, sehingga persaingan yang terjadi menjadi hal yang positif, dan membantu kematangan kehidupan sosial anak dan mampu memecahkan masalah dalam persaingan yang ketat, namun bila persaingan (Sibling Rivalry) berubah menjadi negative maka akibat yang ditimbulkan menjadi saling merusak diantara anak-anak dalam keluarga. Dari data awal yang penulis dapatkan berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan di Desa Gampong Baro Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie ternyata istilah Sibling Rivalry  tidak diketahui oleh ibu, berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut kedalam Karya Tulis Ilmiah tentang Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang Sibling Rivalry Di Desa Gampong Baro Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2013


B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu tentang Sibling Rivalry di Desa Gampong Baro Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2013
C.      Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu tentang Sibling Rivalry di Desa Gampong Baro Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2013.
2.    Tujuan Khusus
a.     Mengetahui Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu tentang Sibling Rivalry berdasarkan pendidikan ibu
b.    Mengetahui Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu tentang Sibling Rivalry berdasarkan usia ibu
c.     Mengetahui Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu tentang Sibling Rivalry berdasarkan sumber informasi.
d.    Mengetahui Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu tentang Sibling Rivalry berdasarkan pendapatan
e.     Mengetahui Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu tentang Sibling Rivalry berdasarkan paritas


D.      Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
  1. Bagi peneliti
Sebagai penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian dan menambah pengalaman dalam penulisan KTI, serta sebagai masukan pengetahuan
tentang sibling rivalry.
  1. Bagi Institusi pendidikan
Sebagai bahan bacaan di Perpustakaan tentang sibling rivalry penyebab, pencegahan, dan persiapannya.
  1. Bagi Institusi Kesehatan
Sebagai masukan guna meningkatkan dan memaksimalkan pelayanan antenatal dengan menggunakan asuhan kebidanan tentang sibling rivalry.
4.      Bagi masyarakat
Dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu-ibu mengenai pentingnya pelaksanaan sibling rivalry
E.     Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari luasnya masalah dan karena keterbatasan waktu dan kemampuan penulis maka peenelitian ini hanya meneliti tentang Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu tentang Sibling Rivalry di Desa Gampong Baro Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2013 berdasarkan pendidikan, usia, sumber informasi, pendapatan dan paritas.

F.     Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman dan pengertian dari penulisan ini, maka penulis mencoba menguraikan gambaran secara sistematis penulisan ini.
BAB I       : Pendahuluan
Pada bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan .
BAB II      : Tinjauan Perpustakaan.
Pada bab ini menghadapi teori–teori tentang konsep Sibling Rivalry, pengetahuan, Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan kerangka teoritis.
BAB III    : Kerangka Konsep
Pada bab ini menjabarkan konsep pemikiran, definisi operasional, cara mengukur variabel.
BAB IV    : Metode penelitian
Pada bab ini menerangkan jenis penelitian, lokasi penelitian, jadwal penilitian, populasi dan sampel, jenis data, pengumpulan data, analisis data dan penyajian data.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.           Konsep Sibling Rivalry
Sibling Rivalry dalam keluarga sulit diatasi, banyak yang menyarankan untuk memiliki anak dengan rentang waktu kelahiran sekitar 1-2 tahun dengan alasan agar lelahnya sekaligus dan ke depannya tinggal santai menunggu hasilnya. Hal tersebut memang menimbulkan pro dan kontra, karena di sisi lain membesarkan 1 orang saja dapat dibilang berat apalagi bila harus membesarkan 2 anak sekaligus. Di samping itu, usia anak sampai dengan 5 tahun merupakan saat-saat yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka. Jangan sampai karena kerepotan Anda mengasuh 2 orang anak sekaligus menjadikan mereka "salah asuhan" dan menghambat perkembangannya (Melinda, 2011).
Tahap perkembangan pada anak yang lebih tua, dikategorikan pada umur 3-12 tahun. Pada anak seusia ini jauh lebih sadar akan perubahan-perubahan tubuh ibunya dan mungkin menyadari akan kelahiran bayi. Anak akan memberikan perhatian terhadap perkembangan adiknya. Terdapat pula, kelas-kelas yang mempersiapkan mereka sebagai kakak sehingga dapat mengasuh adiknya. (Suherni, 2007)
1.    Pengertian Sibling Rivalry
Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih, perhatian dari kedua orang tuanya (Suherni, 2007)
Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua Ibu yang mempunyai dua anak atau lebih (Bahiyaton, 2009).
Sibling rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry itu. Istilah ahli psikologi hubungan antar anak-anak seusia seperti itu bersifat ambivalent dengan love hate relationship. (Bahiyaton, 2009).
Sibling Rivalry adalah permusuhan dan kecemburuan antara saudara kandung yang menimbulkan ketegangan diantara mereka. Hal ini tak dapat disangkal bahwa perselisihan antar mereka akan selalu ada. Biasanya ini terjadi apabila masing-masing pihak berusaha untuk lebih unggul dari yang lain. Kemungkinan sibling rivalry akan semakin besar apabila mereka berjenis kelamin sama, jarak usia keduanya cukup dekat (Puspitasari, 2003).
2.    Bentuk sibling rivalry
Menurut Hurlock dalam Setiawati dan Zulkaida (2007), sibling rivalry ada 2 macam reaksi. Pertama bersifat langsung yang dimunculkan dalam bentuk perilaku agresif mengarah ke fisik seperti menggigit, memukul, mencakar, melukai, dan menendang atau usaha yang dapat diterima secara sosial untuk mengalahkan saingannya. Kedua reaksi tidak langsung yang dimunculkan bersifat lebih halus sehingga sulit untuk dikenali seperti: mengompol, pura-pura sakit, menangis, dan menjadi nakal.
Menurut Priatna dan Yulia dalam Setiawati dan Zulkaida (2007), reaksi sibling rivalry dapat diekspresikan dengan berbagai macam antara lain dengan cara agresif (memukul, melukai adik), dan regresi (suka ngompol dan menjadi manja/rewel) dengan berekspresi memandangi adiknya dengan tajam, menggunakan bibir, menangis, serta menjadi pendiam. Menurut Gibben dalam Setiawati dan Zulkaida (2007), anak biasanya mengungkapkan dengan hal-hal yang tidak terduga-duga seperti merebut mainan atau makanan adiknya dengan kasar, menggigit, mencakar, memarahinya, membentak, bahkan ada kakak memaki adiknya dengan kasar
Menurut Hall (1994), anak mungkin akan memiliki reaksi campuran terhadap adik baru, seperti: senang karena mendapat teman bermain baru, takut akan ditelantarkan, sering kecewa jika adik tidak mau segera bermain. Temperamen anak dan cara Ibu memperlakukan anak adalah faktor kunci yang menentukan berapa besar persaingan saudara kandung.
3.    Penyebab sibling rivalry
Menurut Mulyadi (2000), penyebab sibling rivalry adalah karena Ibu membagi perhatian dengan orang lain, mengidolakan anak tertentu dan pembiaran rasa kesal dan kurangnya pengertian tentang konsep diri. Sedangkan menurut Yulia (2006), penyebab sibling rivalry adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang tumbuh dan berkembang bersama anak misalnya temperamen, sikap masing-masing anak dalam mencari perhatian Ibu, perbedaan usia atau jenis kelamin, ambisi anak untuk mengalahkan anak yang lain. Sedangkan faktor eksternal adalah sikap Ibu yang suka membanding-bandingkan atau adanya anak emas diantara anak yang lain.
Menurut Ambarwati (2006) Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain:
a.         Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka.
b.        Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan dari Ibu mereka.
c.         Anak-anak merasa hubungan dengan Ibu mereka terancam oleh kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.
d.        Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.
e.         Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai pertengkaran.
f.         Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai permainan dengan saudara mereka.
g.        Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
h.        Pemikiran Ibu tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan dalam keluarga adalah normal.
i.          Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan anggota keluarga.
j.          Ibu mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.
k.        Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.
l.          Cara Ibu memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi pada mereka.
4.    Akibat sibling rivalry
Menurut Priatna dan Yulia (2006), pertengkaran yang terus menerus dipupuk sejak kecil akan terus meruncing saat anak-anak beranjak dewasa. Mereka akan terus bersaing dan saling mendengki. Bahkan ada kejadian saudara kandung saling membunuh karena memperebutkan warisan.
Menurut Rimm (1999), dampak sibling rivalry yaitu pada perkembangan anak selanjutnya dalam keluarga. Dengan adanya persaingan dalam diri anak, tertanam asumsi bahwa saudara kandung adalah saingannya dan anak harus paling baik diantara saudara kandungnya. Menurut Hargianto (2008), antara saudara kandung tidak rukun dan lebih memilih untuk lebih dekat dengan orang lain dari pada dengan saudaranya dan yang sering menjadi pelarian adalah saudara sepupu, sebab dengan saudara sepupu yang bersangkutan dapat merasakan aura persaudaraan dengan resiko persaingan yang minimum. Dampak yang paling fatal dari sibling rivalry adalah putusnya tali persaudaraan jika kelak Ibu meninggal.
5.    Pencegahan sibling rivalry
Menurut Melinda (2011) Untuk mengatasi sibling rivalry dalam keluarga, ada beberapa tips yang dapat dipraktekkan oleh orangtua. Jika di lakukan niscaya anak-anak akan memiliki rasa toleransi, berempati satu sama lain serta dapat menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa mendatangkan masalah baru.
a.    Membagi perhatian secara adil
Untuk menghindari kecemburuan antar anak, sebagai orangtua harus membagi perhatian secara adil kepada anak-anak. kecil yang didera rasa cemburu akan membuatnya mencari alasan untuk bertengkar dengan saudara kandungnya karena merasa orangtuanya tidak adil dengan memberi perhatian yang lebih banyak pada saudaranya. Untuk itu, dapat bergantian dalam memberi perhatian bersama anak-anak, misalnya hari Senin menemani sang kakak les bahasa Inggris, Selasa menunggui sang adik les matematika, Rabu kembali menemani sang kakak latihan basket, Kamis menemani sang adik les piano, dan seterusnya sampai hari Minggu menghabiskan waktu bersama mereka berdua dengan berjalan-jalan ke kebun binatang atau mengunjungi rumah kakek dan nenek.
b.      Memberi kesempatan yang sama
Salah satu yang kerap menjadi bahan pertengkaran adalah acara televisi. Di satu sisi sang kakak ingin menonton acara A, sementara sang adik ingin menonton acara B. Salah satu cara mengatasinya adalah Anda dapat memasang alarm dengan hitungan menit tertentu, misalnya 30 menit, bagi tiap orang anak untuk menonton acara yang diinginkannya dan memegang remote tv. Setelah alarm berbunyi, dapat memberikan kesempatan pada anak yang lain untuk melakukan hal yang sama. Dengan demikian, mereka akan merasakan keadilan karena pembagian jatah waktu yang sama disamping melatih toleransi pada anak-anak.
c.       Memakai label masing-masing barang anak
Mainan juga kadang menjadi salah satu bahan pertengkaran, terutama pada anak-anak yang berjenis kelamin sama. Solusinya, dapat memberikan label pada masing-masing mainan anak agar mereka tidak saling berebut. Selain itu, mereka juga akan terdidik untuk menghargai barang milik orang lain serta melatih sikap empati dengan merasakan bila barang miliknya direbut atau dipakai oleh orang lain. Namun setelah mereka beranjak besar, juga harus mengajarkan mereka untuk berbagi dengan menggunakan barang yang sama secara bergantian untuk melatih toleransi dan kebersamaan.
d.       Menyaring tontonan mereka
Saat ini acara-acara televisi sudah jarang yang ditujukan khusus untuk anak. Tiap stasiun televisi cenderung membuat program-program untuk remaja dan dewasa yang lebih menguntungkan dari sisi finansial. Disinilah tugas sebagai orangtua untuk menyortir tayangan-tayangan yang boleh ditonton anak atau tidak. Jangan sampai karena membebaskan anak untuk menonton acara yang penuh adegan kekerasan, anak menjadi sangat agresif pada saudara atau temannya karena meniru apa yang dilihatnya di televisi seperti kasus-kasus pada anak yang pernah santer terdengar beberapa waktu yang lalu. Untuk itu, latihlah anak-anak dengan memberikan aturan-aturan yang berlaku dan membuat mereka menjadi anak yang tertib agar tidak terjadi sibling rivalry dalam keluarga.
Sedangkan menurut Ambarwati (2006) beberapa hal yang perlu diperhatikan Ibu untuk mengatasi sibling rivalry, sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara lain:
a.         Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
b.        Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
c.         Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.
d.        Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara satu sama lain.
e.         Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.
f.         Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan perhatian dari satu sama lain.
g.        Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak. Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
h.        Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua orang.
i.          Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan mereka sendiri.
j.          Ibu tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda akan kekerasan fisik.
k.        Ibu harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-anak, bukan untuk anak-anak.
l.          Ibu dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak menyalahkan satu sama lain.
m.      Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.
n.        Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku Ibu sehari-hari adalah cara pendidikan anak-anak untuk menghindari sibling rivalry yang paling bagus.
Menurut Puspitasari (2005), ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi maupun intensitas sibling rivalry yaitu dengan :
a.       Libatkan anak dalam mempersiapkan kelahiran adik.
b.      Beri anak perhatian dan cinta yang khusus.
c.       Jangan membanding-bandingkan anak.
d.      Jangan menjadikan anak sebagai pengasuh adiknya.
e.       Buatlah pembagian tugas rumah masing-masing anak.
f.       Kembangkan dan ajarkan anak bersikap empati dan memperhatikan saudaranya yang lain.
Menurut Rosita (2004), cara Ibu tergantung pada setting pemicu, misalnya persaingan dalam hal mainan yaitu dengan cara mainannya bergantian atau diambil sehingga tidak ada yang dapat, dalam hal makanan dengan cara dibagi dua, dalam hal perhatian dan membeli sesuatu harus sama, prestasi sekolah, dan perlombaan dengan cara memberi pengertian dan membagi hadiah dengan saudara kembarnya.
6.        Persiapan sibling
Menurut Puspitasari (2005) Kehadiran anggota keluarga baru (bayi) dalam keluarga dapat menimbulkan situasi krisis terutama pada saudara-saudaranya, sehingga perlu dipersiapkan
a.  Enam bulan sebelum bayi tiba, melibatkan balita dalam kelompok bermain. Berbagi dan bekerjasama adalah pelajaran yang paling baik diajarkan bersama teman sebaya.
b.  Menunjukan afeksi kepada anak –anak lain.Biarkan anak mengamati Ibu berinteraksi  dengan anak-anak kecil lain.Beberapa anak tidak peduli ketika ibunya menggendong atau mencium anak lain. Beberapa anak akan ragu tidak pernah terpikir olehnya ibunya bisa tertarik pada anak lain.
c.  Kenalkan anak dengan para bayi. Membacakan buku tentang bayi ; menunjukan gambar-gambar bayi di majalah, juga fotonya sendiri ketika dia masih bayi.yang paling baik adalah mengajaknya melihat bayi yang sesungguhnya dan berbicara tentangnya.
d.  Peka terhadap sudut pandang anak.Meskipun anak belum sepenuhnya mengerti apa yang sedang terjadi tingkat intelektual, saya berani menyakinkan bahwa anak anda tahu sedang terjadi perubahan .

e.  Menggunakan akal sehat dan percaya naluri.
Menurut Suherni (2007) pada tahapan perkembangan, batita (bawah tiga tahun) ini adalah usia 1-2 tahun. Cara beradaptasi pada tahap perkembangan ini antara lain:
Merubah pola tidur bersama dengan anak-anak pada beberapa minggu sebelum kelahiran. Mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan anak batitanya dengan menanyakan perasaannya terhadap kehadiran anggota baru. Mengajarkan pada Ibu untuk menerima perasaan yang ditunjukkan oleh anaknya.
Respon para remaja juga bergantung kepada tingkat perkembangan mereka. Ada remaja yang merasa senang dengan kehadiran angggota baru, tetapi ada juga yang larut dalam perkembangan mereka sendiri. Adaptasi yang ditunjukkan para remaja yang menghadapi kehadiran anggota baru dalam keluarganya, misalnya:
Berkurangnya ikatan kepada Ibu. Remaja menghadapi perkembangan seks mereka sendiri. Ketidakpedulian terhadap kehamilan kecuali bila mengganggu kegiatan mereka sendiri. Keterlibatan dan ingin membantu dengan persiapan untuk bayi.
B.     Konsep Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan  hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003)
Rogers (dalam Notoatmodjo, 2005) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
1.    Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)
2.    Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.
3.    Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4.    Trial, dimana subjek mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5.    Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Menurut Notoatmodjo (2005) pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni:
1.      Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.  
2.      Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3.      Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi atau keadaan yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4.      Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan/ menguraikan  atau menganalisis suatu material atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.      Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6.      Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. (Notoatmodjo, 2005)


C.    Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini, antara lain: Usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan.
1.        Tingkat pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula penguasaan dan pemahaman terhadap kemampuan. Notoatmodjo (2005), mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses yang terdapat unsur masukan dan unsur keluaran. Unsur masukan adalah berupa sarana pendidikan, sedangkan unsur keluaran adalah berupa bentuk prilaku dan kemampuan baru dari sarana pendidikan.
Berdasarkan proses intelektual secara operasional, tujuan pendidikan dibedakan menjadi 3 (tiga) aspek, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (ketrampilan). Jalur pendidikan akan membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan teori dan logika, pengetahuan umum dan kemampuan analisis serta pengembangan kepribadian. (Notoatmodjo, 2005)
Pendidikan adalah suatu proses yang unsurnya  terdiri dari masukan (input) yaitu sasaran pendidikan (out put) yaitu suatu bentuk perilaku dan kemampuan dari saran–saran pendidikan. Tujuan pendidikan untuk mengubah prilaku masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat. tujuan tersebut  dapat dicapai dengan anggapan bahwa manusia selalu dapat belajar atau berubah, karena manusia selama hidupnya selalu berubah untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.
Gangguan terhadap kesehatan juga disebabkan oleh manusia terutama menyangkut pendidikan, pengetahuan dan sikap seseorang dalam menjaga kesehatan apabila tingkat pendidikan seseorang tinggi maka bisa memperbaiki pengetahuan, sikap, prilaku, orang tersebut sehingga dia mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap kesehatan, baik kesehatan pribadi maupun kesehatan keluarga. Pendidikan merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan untuk memperoleh hasil berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang. (Notoadmodjo, 2003 ).
Pendidikan dalam keluarga sangat menentukan kesehatan keluarga, teori tersebut diperkuat oleh teori L. Green, 1980 bahwa gangguan terhadap penyakit juga disebabkan oleh manusia itu sendiri, terutama menyangkut pendidikan, pengetahuan dan sikap seseorang dalam menjaga kesehatan. Apabila tingkat pendidikan seseorang tinggi maka dapat memperbaiki pengetahuan, sikap dan perilaku orang tersebut sehingga ia mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap kesehatan baik kesehatan pribadi maupun kesehatan keluarga (Notoadmodjo, 2005).
Tingkat pendidikan dibagi 3 (tiga)  dikatagorikan yaitu merujuk pada Departemen Pendidikan Nasional yaitu :
a. Pendidikan Tinggi : Perguruan Tinggi /  Akademi (D-III)
b. Pendidikan Menengah : SMA / Sederajat
c. Pendidikan Dasar : SD/sederajat /tidak sekolah


2.        Usia
Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama. Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risiko serta sifat resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/ penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi  oleh umur individu tersebut (Noor,N.N,2000)
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pengetahuan seseorang diturunkan atau diperoleh dari pengalaman sendiri maupun yang diperoleh dari orang lain. Beberapa studi menemukan bahwa usia ibu, ras, pendidikan dan status sosial ekonomi berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu tentang prilaku sehat. (Notoatmodjo, 2003).
Usia adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu perhitungan usia (Farer, 2001)   
Potter dan Perry (2005) mengatakan bahwa umur sangat mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku, yaitu seseorang akan sangat mempengaruhi pola fikir dan tingkah laku, yaitu seseorang akan sangat mempengaruhi keyakinan dan tindakan seseorang terhadap status kesehatan dan pelayanan kesehatan. Menurut teori perkembangan psikososial tahap perkembangan manusia menurut umur (dewasa) dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
1)    Early adult hood (21-35 tahun)
pada masa dewasa awal ini, hubungan social utama seseorang sudah terfokus pada partner dalam hubungan teman dan seks (perkawinan).

2)    Young and middle adult hood (36-45 tahun)
pada masa dewasa pertengahan ini, hubungan social seseorang terfokus pada pembagian tugas antara bekerja dengan rumah tangga dan pada masa ini emosi sudah mulai stabil.
3)    Later adult hood (>45 tahun)
Pada masa dewasa akhir ini, hubungan kemasyarakatan dalam  kelompok motivasi untuk hidup dan berkarier serta cenderung relative stabil dengan motivasi untuk hidup dan berkarier serta membantu sesame dengan baik.
3.        Pendapatan
Terdapatnya penyebaran masalah kesehatan yang berbeda  berdasarkan status sosial ekonomi pada umumnya dipengaruhi oleh 2 (dua) hal, yaitu:
a. Karena terdapatnya perbedaan kemampuan ekonomis dalam mencegah penyakit atau mendapatkan pelayanan kesehatan,
b.   Karena terdapatnya perbedaan sikap hidup dan perilaku hidup yang dimiliki (Azwar, 2003).
Status sosio ekonomi erat hubungannya dengan berbagai variabel sehingga merupakan karakteristik. Status sosio ekonomi erat hubungannya dengan pekerjaan/jenisnya, pendapatan keluarga, daerah tempat tinggal/geografis, kebiasaan hidup dan lain sebagainya. Status ekonomi berhubungan erat pula dengan faktor psikologi dalam masyarakat  (Noor,N.N 2000).
 Hollingshead dan Redlich dalam melakukan penelitian sosial menggunakan indikator pekerjaan, pendidikan dan keadaan tempat tinggal dalam menentukan status sosial ekonomi. Sedangkan Parker & Bennet memakai indikator pendapatan, pendidikan, jumlah anak dan sikap terhadap kesehatan  (Azwar, 2003).
Status ekonomi atau tingkat penghasilan keluarga akan mempengaruhi cara hidup/gaya hidup seseorang dan cara berprilaku. Keluarga dengan penghasilan tinggi cenderung mendapatkan kesempatan yang lebih tinggi untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi tentang arti kesehatan dan manfaat sehat (Azwar, 2003).
 Dengan gaya hidup sehari-hari yang terbiasa menggunakan fasilitas yang berkualitas, maka orang dengan penghasilan tinggi akan mendapatkan informasi yang benar dan aktual. Demikian sebaliknya pada orang dengan pendapatan rendah biasanya akan kurang respon dengan hal – hal atau isue yang lagi dibicarakan (Azwar, 2003).
Upah Minimum Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Rp. 1.550.000.- perbulan. Ini menggambarkan bahwa penghasilan keluarga minimal untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar keluarga di Nanggroe Aceh Darussalam adalah Rp. 1.550.000.- perbulan. Bila penghasilan keluarga tidak mencapai Rp. 1.550.000.- perbulan, maka akan sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga, termasuk dalam memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan (Pergub. / 2013)

4.        Informasi
Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan, pemberitahuan kabar atau berita tentang sesuatu melalui media dan alat sarana komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, spanduk, dan selebaran. Media informasi adalah media yang digunakan pembaca untuk mendapatkan suatu informasi atau hal tentang pengetahuan Berkaitan dengan penyediaan informasi bagi manajemen dalam pengambilan keputusan, informasi yang diperoleh haruslah berkualitas (Tugiman, 2006)
Dengan kriteria: Cukup, Jika jawaban responden benar ≥ 50 % dari pertanyaan dan kurang, Jika jawaban responden benar < 50 % dari pertanyaan (Arikunto, 2007)
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang bersifat dalam komunikasi adalah manusia. Komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain (BKKBN, 2008)
5.        Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. (http://www.datastatistik-indonesia.com).  
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita subur yang pernah menikah pada tahun tertentu. Pola paritas wanita mengikuti huruf U tebalik pada wanita usia muda (15-19 tahun) paritas relatif kecil. Paritas wanita mencapai puncak pada usia 25-29 tahun, kemudian mulai menurun pada kelompok usia diatasnya. Paritas 2-3 orang merupakan paritas yang aman ditinjau dari sudut kematian maternal dan > 3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi, hipertensi esensial lebih banyak dijumpai pada multi para dalam usia lanjut sehingga adanya kriteria sebagai berikut :
a.    Multipara : Ibu yang pernah melahirkan bayi 2 – 5 kelahian
b.   Grande Multipara : ibu pernah melahirkan lebih dari 5 kali. (Wiknjosastro, 2005)
D.    Kerangka Teoritis
Berdasarkan teori Notoatmodjo (2003), Wiknjosastro (2005), Azwar (2003), dan Tugiman (2006) maka kerangka teoritis dapat digambar:
Notoatmodjo (2003)
-          Pendidikan
-          Pengalaman
-          Usia
Wiknjosastro (2005)
-          Usia
-          Paritas
Azwar (2003)
-          Pendapatan
-          Informasi
-          Pendidikan
Tugiman (2006)
-          Informasi

Pengetahuan
 










Gambar 2.1. Kerangka Teoritis
BAB III
KERANGKA KONSEP

A.    Kerangka Konsep
Berdasarkan teori teori Notoatmodjo (2003), Wiknjosastro (2005), Azwar (2003), dan Tugiman (2006) yang mengatakan tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini, antara lain: Usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan kerana keterbatasan waktu peneliti hanya meneliti tingkat pendidikan, usia, dan pendapatan serta informasi maka kerangka konsep dapat digambar sebagai berikut:
             
Pendidikan
Pengetahuan ibu tentang Sibling Rivalry
Sumber Informasi
Usia
Pendapatan
Paritas
 











Gambar 3.2. Kerangka Konsep penelitian

B.        Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No
VARIABEL
DEFINISI  OPERASIONAL
CARA UKUR
ALAT UKUR
HASIL UKUR
  SKALA  UKUR

1
Pengetahuan ibu tentang    sibling rivalry
Segala sesuatu yang di Pahami  ibu tentang    sibling rivalry
Menyebarkan kuesioner

Kuesioner

- Tinggi
- Sedang
- Rendah
Ordinal

1






2




3




4





5
Pendidikan






Usia




Pendapatan




Informasi





Paritas




Jenjang pendidikan yang telah ditempuh ibu dan mendapatkan ijazah

Waktu yang telah dijalani ibu mulai saat lahir sampai saat ini

Jumlah pendapatan keluarga setiap bulannya

Pengetahuan yang didapat dari mediamasa elektronik dan cetak, sekolah.

Jumlah anak yang telah dilahirkan
Menyebarkan kuesioner





Menyebarkan kuesioner



Menyebarkan kuesioner



Menyebarkan kuesioner




Menyebarkan kuesioner
Kuesioner






Kuesioner




Kuesioner




Kuesioner





Kuesioner
- Tinggi
 - Menengah
-  Dasar




- Dewasa awal
- Dewasa menengah
- Dewasa akhir


-    Sedang
-    Rendah 



- Cukup
- Kurang  




-  Multipara
-  Grande Multipara
Ordinal






Ordinal




Ordinal




Ordinal





Ordinal


D.  Cara Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel dilakukan sebagai berikut :
1. Pengetahuan  dibagi menjadi 3 (tiga) katagori: (Arikunto, 2005)
           a. Tinggi  > 76 % dari jawaban  responden yang benar dari  total skor
b. Sedang bila jawaban benar 56 – 75 % dari total skor
   c. Rendah  <  56 % dari jawaban responden yang benar total   skor
2.    Pendidikan di bagi 3 (tiga) dikatagorikan yaitu : (Notoadmodjo, 2005)
a.       Pendidikan Tinggi                : Perguruan Tinggi/Akademi (D-III)
b.      Pendidikan Menengah          : SMA/Sederajat
c.       Pendidikan Dasar                 :SD/sederajat/tidak sekolah
3. Usia dibagi menjadi 3 ( tiga ) katagori: (Potter dan Perry, 2005)
             a. Dewasa Awal            : Jika umur responden  21tahun-35 tahun
             b. Dewasa Menengah    : Jika umur responden antara  36 tahun  - 45 tahun
          c. Dewasa Akhir           : jika umur responden diatas 45 tahun.
4. Pendapatan Dibagi menjadi 2 (dua) katagori (Pergub Aceh, 2013)
              a. Sedang         : Jika memiliki pendapatan perbulan ≥ UMP Rp.1.550.000
              b. Rendah         : Jika memiliki pendapatan perbulan < UMP Rp.1.550.000
       5. Informasi di bagi 2 (dua) Katagori sebagai berikut (Notoadmodjo, 2007)
a . Cukup : bila ibu menjawab mendapatkan informasi ≥ 5 media informasi.
b. Kurang : bila ibu menjawab mendapatkan informasi < 5 media informasi
6. Paritas di bagi 2 ( dua) Katagori sebagai berikut : (Wikjosarto, 2005)
a.    Multipara                   : Ibu yang pernah melahirkan bayi 2 sampai 5 kali.
b.    Grande multipara : Ibu yang pernah melahirkan bayi lebih dari 5 kali.

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat deskriptif  dengan disain Crossectional yaitu dimana penelitian hanya untuk melihat Gambaran Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang Sibling Rivalry Di Desa Gampong Baro Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2013.
B.     Populasi Dan Sampel
       1. Populasi.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi dan balita lebih dari 1 orang di Gampong Baro Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie dari bulan Januari sampai Mei 2013 yang berjumlah 33 orang.
3.      Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik total sampling yaitu semua populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 33 ibu.  
C.    Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat  penelitian dilaksanakan di Gampong Baro Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie yang direncanakan pada bulan Juni 2013.


D.   Pengumpulan data
 1. Teknik pengumpulan data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung untuk peneliti yang berada di Gampong Baro Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie dengan menggunakan kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan  dengan pilihan jawaban yang telah disiapkan
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari, Dinas Kesehatan Propinsi, Kabupaten, Puskesmas Pidie, serta referensi yang berkaitan dengan penelitian
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi 14 pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan pengetahuan, 1  pertanyaan pendidikan, 1 pertanyaan usia, 1 pertanyaan pendapatan dan 1 pertanyaan informasi, serta 1 pertanyaan tentang paritas.
E.     Pengolahan dan Analisa Data
1.      Pengolahan data.
Data yang telah terkumpul diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut: (Budiarto, 2002)
a.       Editing              
Dilakukan pengecekan kelengkapan data, bila terdapat kesalahan maka akan diperbaiki dengan pemeriksaan ulang.

b.      Coding  
Pemberian nilai pada hasil yang telah ditetapkan dan menjumlahkan score untuk menentukan tingkat pengetahuan.
c.       Prosessing/ Entry          
Perhitungan sesuai variabel yang dibutuhkan lalu dimasukan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah analisa data dan pengambilan kesimpulan.
d.      Cleanning 
Yaitu data yang dikumpulkan dibersihkan untuk ditabulasi dalam bentuk tabel distribusi frekwensi.
2.      Analisa data.
Analisa data dilakukan untuk masing masing variabel yaitu dengan melihat persentase dari setiap tabel distribusi frekwensi. Notoadmodjo (2003)
P =
Keterangan:
P        : Persentase
n        : Jumlah responden yang menjadi sampel
f        : Frekuensi teramati
F. Penyajian Data
Data yang telah dkumpul diolah dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan dinarasikan


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2006, Sibling pada anak, Renika Cipta, Jakarta
Arikunto, 2007, Prosedur Penelitian, Renika Cipta, Jakarta
Bahiyaton, 2010, Perawatan anak dan balita, Fitramaya, Yokjakarta
BKKBN, 2008, Kesehatan Reproduksi, BKKBN, Jakarta
Budiarto, 2002, Biostatistika untuk kedokteran dan Mesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta
Farer, 2001, Pemberian Kolustrum, www.promosikesehatan.com
Hargianto, 2008, Sibling dan pencegahan, Renika Cipta, Jakarta
Harnaini, 2006, Penyebab sibling, Salemba Medika Jakarta
Hartanto, 2004, Perawatan anak, Salemba Medika Jakarta
Meninda, 2011, Sibling http:www.Dechacare.com
Muliadi, 2000, Perselisihan antar keluarga, http://www.infosehat.com
Muslihayaton, 2010. Perawatan bayi, Fitramaya, Yokjakarta
Noor, NN, 2000, Penelitian kwantitatif, Renika Cipta Jakarta
Notoadmodjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Renika, Jakarta
___________, 2005, Metodelogi penelitian, Renika Cipta Jakarta
Priatna dan yulia, 2006, Sibling, http://www.infosehat.com
Puspitasari, 2003, Sibling revalry, http://www.tempointeraktif,com
Rosita, 2004, Penyebab sibling, http://www.infosehat.com
Setiawati dan zulkaida, 2006, Sibling Rivary, http:www.Dechacare.com
Suherni, 2007, Perawatan keluarga kecil, Renika cipta Jakarta
Tugiman, 2006, Komunikasi efektif, Renika cipta, Jakarta
Wiknjosastro, 2005. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Yulia, 2006, Sibling, http://www.infosehat.com





































GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN IBU TENTANG SIBLING REVALRY DI DESA GAMPONG BARO
KECAMATAN PIDIE KABUPATEN PIDIE
TAHUN 2013


 


Nama Peneliti                               :  MUCHSIN
Tanggal                                         : __________________2013

I.  DATA RESPONDEN
1. Nomor Responden                    :
2. Pendidikan                                :
3. Usia                                           : .........  Tahun
4. Jumlah anak ibu sekarang        :  ......... Orang

II . KUESIONER
A.    Pengetahuan Tentang sibling rivalry
1.      Yang di maksud dengan sibling rivalry adalah? (Melinda, 2011)
a.       Perkelahian antar saudara
b.      Perebutan harta kekayaan antar saudara sekandung
c.       Persaingan antara saudara sekandung
2.      Persaingan antar saudara kandung dapat terjadi karena (Melinda, 2011)
a.       Ibu sering membandingkan antara anak yang satu dengan yang lain
b.      Ibu sering tegas dalam menjalankan aturan
c.       Ibu sering menghukum yang salah
3.      Cara menghindari persaingan antara anak yang satu dengan yang lain adalah dengan ..... (Bahiyaton, 2009).
a.       Membandingkan anak
b.      Membedakan kasih sayang terhadap anak
c.       Berlaku adil kepada anak

4.      Persaingan antar saudara kandung bila telah terjadi dapat mengakibatkan (Bahiyaton, 2009).
a.       Anak membenci saudara kandung
b.      Ikatan kasih sayang antar anak sangat erat
c.       Anak semakin saling menyayangi
5.      Bila terjadi pertengkaran antar saudara sekandung, tindakan yang ibu lakukan adalah (Suherni, 2007)
a.       Memperhatikan saja dan menjaga agar tidak terjadi kekerasan fisik
b.      Menyalahkan semua anak
c.       Menghukum yang lebih tua.
6.      Persaingan antara saudara sekandung bila tidak ditangani dengan baik menyebabkan (Bahiyaton, 2009).
a.       Tidak menyebabkan apapun
b.      Menyebabkan permusuhan
c.       Semua benar
7.      Persaingan antar saurada sekandung akan berakhir (Melinda, 2011)
a, Pada usia diatas 5 tahun
b. Pada usia remaja
c. Terbawa hingga dewasa
8.      Bila terjadi perebutan mainan maka (Suherni, 2007)
a.       Mainan yang diperebutkan disimpan.
b.      Menjadwalkan anak mengunakan mainan
c.       Mainan diberikan pada yang memilikinya
9.      Yang dapat dilakukan agar anak tidak merasa diperlakukan tidak adil, adalah (Melinda, 2011)
a.       Jangan menjadikan anak sebagai pengasuh adiknya
b.      Berikan perhatian khusus terhadap bayi baru lahir
c.       Berikan sanjungan kepada bayi yang baru lahir

10.  Cara mempersiapkan agar anak tidak cemburu kepada adiknya yang baru lahir adalah (Bahiyaton, 2009).
a.       Libatkan anak dalam mempersiapkan kelahiran adiknya
b.      Tidak memberi tahu adiknya akan lahir
c.       Anak tidak dibawa saat pemeriksaan kehamilan

D. Informasi

Berikan tanda √  pada jawaban yang anda pilih
1.      Apakah ibu pernah mendapatkan informasi tentang persaingan antar saudara kandung, dari

        Koran
        Majalah
        Spanduk
        Brosur
        TV
        Radio
        Petugas kesehatan
        Internet
        Buku
Kunci jawaban

Pengetahuan
1.      C
2.      A
3.      C
4.      A
5.      A
6.      B
7.      A
8.      B
9.      A
10.  A























TABEL SKORE
NO
VARIABEL
NO PERTANYAAN
JAWABAN
RENTANG
A
B
C
1
PENGETAHUAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0

- Tinggi (8-10)
- Cukup (6-7)
- Kurang (0-5)
2
Pendidikan





- Tinggi
- Menengah
- Dasar
3
Usia




-    Dewasa awal
-    Dewasa menengah
-    Dewasa akhir
4
Pendapatan




- Sedang
- Rendah
5
Sumber Informasi




- Cukup
- Kurang
6
Paritas




-  Multipara
-  Grande Multipara